Monday, August 13, 2007

Anak Penjual Pecel Terbang ke Amerika

Oleh M Irfan Ilmie

(KORAN_ONLINE/ANTARA News) - Jangankan bermimpi, Yustiani (41), yang sehari-hari berjualan nasi pecel di Jalan Wahid Hasyim Kediri, bahkan tidak pernah membayangkan anak sulungnya, Sugeng Ivan Lestarianto (18), bertolak ke Amerika Serikat dalam program pertukaran pelajar.

Sugeng akan bertolak ke Negeri Paman Sam bersama Aditya Rizki Purnama (19), temannya SMA Negeri 2 Kediri, Rabu siang ini, dengan terlebih dulu transit di Surabaya dan Jakarta.

"Tentu saja ibu kaget, ketika saya lolos dalam program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat," kata Sugeng saat ditemui di Kediri.

Ia merasa beruntung lolos dalam program yang diadakan oleh lembaga nirlaba di Amerika Serikat itu. Dia dan apalagi keluarganya tidak pernah membayangkan akan bisa menginjakkan kakinya ke negeri Adi Daya itu.

Sebagai anak dari keluarga pas-pasan, Sugeng sempat mengalami kesulitan keuangan pada saat proses seleksi yang berlangsung selama 1,5 tahun.

Dia tidak punya uang untuk perjalanan bolak-balik Kediri-Surabaya, biaya tes kesehatan, biaya pengurusan paspor dan beberapa syarat administrasi lainnya.

"Beruntung pihak sekolah dan kawan-kawan bersedia `urunan` membantu saya untuk mengurus keperluan persyaratan administrasi," ujar anak pertama dari empat bersaudara itu menuturkan.

Ia menceritakan, sejak ayahnya, Iswandi, meninggal dunia beberapa tahun lalu, ibunyalah yang membanting tulang untuk menghidupi empat anaknya dengan cara menjual nasi pecel setiap malam di emperan toko di sebelah selatan Pasar Bandar, Kediri.

"Dengan penghasilan kotor tak lebih dari Rp40 ribu sehari, tentu tidak cukup untuk menyekolahkan empat anaknya. Oleh sebab itu, saya berterima kasih kepada beberapa saudara yang turut membantu biaya pendidikan adik-adik saya," katanya.

Sedang ia sendiri, mendapatkan beasiswa berupa Bantuan Khusus Murid (BKM) sebesar Rp65.000 per bulan, sehingga orang tuannya tidak perlu memikirkan biaya sekolah Sugeng.

Setiap hari dia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer, begitu juga pulangnya, karena tak ada kendaraan dan ongkos untuk naik angkutan umum.

Kendati hidup serba pas-pasan, namun prestasi Sugeng membanggakan. Ia beberapa kali meraih penghargaan di berbagai ajang Olimpiade Kimia, baik tingkat provinsi maupun nasional.


Mulanya hanya iseng

Sedang keikutsertaannya dalam program pertukaran pelajar di Amerika Serikat itu, awalnya Sugeng hanya iseng memasukkan formulir lamaran ke Surabaya bersama sekitar 25 siswa sekelasnya.

Namun setelah melalui penyaringan yang ketat, akhirnya Sugeng dan Aditya lolos bersama sekitar tujuh siswa SMA dari Jawa Timur untuk terbang ke Negeri Paman Sam itu.

Menurut rencana Sugeng akan tinggal di rumah seorang peneliti DNA, Mr Thomas Wilson yang beralamatkan di 7184 Monte Ridge Dexter, Michigan, AS, selama satu tahun.

Sebelum berangkat, Sugeng dan Aditya diterima Walikota Kediri, HA Maschut. Selain mendapatkan uang saku dan baju seragam, keduanya mendapatkan amanat untuk bisa membawa nama baik bangsa dan negara, khususnya sebagai warga Kota Kediri.

"Kalian harus bisa menjunjung tinggi budaya kita. Selama berada di Amerika Serikat, kalian harus bisa mentauladani hal-hal yang baik saja, yang buruk jangan," pesan Maschut kepada dua siswa SMA Negeri 2 Kediri itu.

Selain belajar tentang kimia pada induk semangnya, Sugeng dan Aditya didaulat untuk bisa tampil membawakan Tarian Jaranan, kesenian tradisional warga masyarakat Kediri dan sekitarnya.

"Kostum dan peralatan Tari Jaranan sudah kami siapkan, begitu juga dengan beberapa benda kerajinan Kota Kediri sudah ada yang menyiapkan," kata Titis Hasrianti, guru pembimbing Sugeng dan Aditya. (*)

Mengangkat Kembali Akar Budaya Empat Lawang


Berawal dari rasa risau melihat keadaan seni dan budaya daerah Lintang Empat Lawang yang mulai digerus zaman, dilalap postmodernisme, serta ditinggalkan generasi muda, tiga Putera Lintang: Abdul Madjid Abdullah (Lampung), Ismail Majid (Jakarta), dan Bestari Suud (Pendopo Lintang), membentuk Tim penyelamat kebudayaan Lintang Empat Lawang.
Meskipun ketiganya berdomisili di tempat yang berjauhan, namun kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi tetap bisa menyatukan mereka. Mereka berkomunikasi via internet dan sms, lalu terbentuklah tim itu.
Tim yang mereka beri nama Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Kabupaten Empat Lawang itu, bertujuan mengangkat kembali akar budaya setempat agar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.
Mereka akan bekerja secara marathon selama 12 bulan untuk mendata ragam kesenian dan tradisi lokal. Mendata orang-orang yang masih menguasai beragam kesenian dan tradisi tersebut. Misalnya, pemain gitar tunggal, orang yang menguasai geguritan, pantun bersahut, tari-tarian, seni beladiri tradisional alias kuntau.
Setelah semua terdata, Tim itu akan mengumpulkan para seniman dan pendekar mereka sesuai keahlian masing-masing, lalu menghimpun mereka untuk membentuk suatu wadah di tiap kecamatan. Misalnya pusat-pusat latihan kuntau, pusat latihan tari-tarian, dan pusat latihan gitar tunggal.
Setelah semuanya terbentuk, Tim akan membubarkan diri. Namun, sebelumnya mereka akan mendirikan satu yayasan yang mewadahi, mengurus dan memfasilitasi pusat-pusat latihan tersebut. Yayasan ini pula yang akan mencari dana untuk membiayai operasional pusat-pusat latihan seni dan beladiri tersebut.
“Tim Penggali Seni, Buda, dan Tradisi Kab. Empat Lawang ini boleh dikata sebagai bidan untuk kelahiran sanggar-sanggar seni dan perguruan beladiri tradisional Empat Lawang,” kata Ketua Tim Abdul Madjid Abdullah.
Tim ini sengaja dibentuk dengan struktur yang ramping agar lincah bergerak dan mengambil keputusan. “Tidak perlu banyak orang yang terlibat. Walaupun sedikit orang tapi banyak menghasilkan karsa, karya, dan kerja,” ungkap pengelola blog berita KORAN_ONLINE itu.
Bulan Oktober
Tim yang diketuai Abdul Madjid Abdullah, seorang wartawan yang berdomisili di Lampung ini, direncanakan akan memulai kegiatannya bulan Oktober 2007 mendatang. “Berjalan tidaknya Tim ini tergantung dana, yang diharapkan datang dari bantuan para donator dan Pemkab. Empat Lawang,” kata Abdul Madjid.
Ismail Majid, yang duduk sebagai sekretaris dalam Tim itu, merupakan salah seorang generasi muda Lintang Empat Lawang, yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kelestarian budaya setempat.
Ia memiliki pengetahuan tentang beragam seni dan budaya Lintang yang sudah lama ditinggalkan. Misalnya, ia bisa menuturkan secara detil tentang geguritan, bajidur, tradisi perkawinan adapt Lintang dll.
Sedangkan Bestari Suud, yang duduk sebagai Bendahara Tim Penggali Seni, Budaya, dan Tradisi Lintang Empat Lawang, juga memiliki kepedulian yang sama tentang kelestarian budaya Lintang Empat Lawang. Sebagai orang yang menetap di “Dusun”, ia sangat merasakan kegelisahan budaya tersebut. Ia menjadi saksi hidup melunturnya budaya lokal Lintang Empat Lawang lantaran merasuknya budaya Barat yang tidak mendidik.
“Anak-anak muda di Dusun lebih suka minum-minuman keras ketimbang bekerja. Mereka menggemari musik Barat yang bahasanya tidak dimengerti ketimbang mengembangkan memainkan Gitar Tunggal dan Berejung,” kata Bestari Suud.
Mengharap Dukungan
Dukungan dari semua pihak sangat diharapkan untuk kelancaran kerja Tim ini. Dukungan yang diharapkan adalah support, masukan-masukan ide, dan yang paling penting adalah dana.
“Tanpa dukungan dana, terus terang Tim ini tidak akan bisa berjalan. Oleh karena itu, para tokoh masyarakat Lintang Empat Lawang di perantauan dan Pemkab. Empat Lawang bersedia membantu dana,” kata Abdul Madjid, yang dibenarkan oleh Ismail Majid.

Saturday, August 11, 2007

Bersatu Menuju Kebaikan

Bersatu menuju kebaikan. Itulah motto yang tertanam kokoh pada sosok pria kelahiran Pendopo Lintang pada 15 Mei 1954 lalu dan diberi nama Abdul Shobur.

Dengan motto itu pula, putra pasangan H. Muhammad bin H. Kories dengan Hj. Zuhairiah, berhasil menorehkan berbagai prestasi dan jabatan, baik dalam organisasi maupun pemerintahan.

Semua yang diraih sekarang ini, adalah buah dari kerja keras dan budaya disiplin yang selalu diterapkan orang tuanya sejak kecil. Karena disiplin dan keuletannya dalam belajar, akhirnya Shobur yang menyelesaikan SMP tahun 1969 mendapat beasiswa dari SPMA Negeri Palembang.

Karena saat itu masih terlalu kecil untuk merantau, Shobur sempat ragu ragu menerima tawaran tersebut. Namun berkat dukungan penuh dari orang tuanya, akhirnya Shobur kecil sudah merantau ke Palembang.

Meskipun kota ini masih asing bagi Shobur, tapi dengan keuletan dan kemampuan yang dimiliki Jemo Dusun ini berhasil menamatkan SPMA Negeri, dan awal Pebruari 1973 Shobur diangkat menjadi PNS, yang kemudian ditempatkan di Kecamatan Ulumusi sampai tahun 1974, dan akhirnya pindah ke Pemerintahan Kota Palembang.

Di Pemkot Palembang, karir Shobur dimulai dari Kasubag Pengelolaan Perkotaan, kemudian menjadi Kepala Bidang Sosial Bapeda Pemkot Palembang, setelah itu karirnya langsung melonjak dratis dari Sekretaris Bapeda Pemkot Palembang, Sekretaris DPRD Sum Sel dan Kepala Catatan Sipil Palembang.

Pada tahun 1998 seiring dengan kenaikan menjadi esselon II, Abdul Shobur yang saat itu menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sum-Sel, dipercaya menjadi Sekretaris Wilayah Daerah Kabupaten OKU, Pit Walikota Administratif Baturaja tahun 2000 .

Seiring dengan terpilihnya Bupati OKU defenitif, Shobur kembali dipercaya menjadi Kepala Dinas Penerangan Sum-Sel, Kepala Biro Hukum dan Ortala Setda Pemprov Sum-Sel hingga tahun 2001.

Tidak hanya itu tahun 2001 hingga sekarang telah banyak posisi dan jabatan yang sudah diemban Putra Lintang IV Lawang ini, dengan jabatan esselon II, diantaranya Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Sum-Sel, Sekretaris DPRD Sum-Sel bidang Ketataprajaan dan Kesra.

Sekarang Drs. H. Abdul Shobur SH.MM menjabat sebagai Kepala Disperindag Sum-Sel, sekaligus Pejabat Kabupaten Kabupaten Empat Lawang.(M.Iqbal - Info IV Lawang)

Wednesday, August 1, 2007

PT BMM Mulai Memetik Hasil

Semasa karyawan hidup sejahtera, pensiun tetap nyaman (setelah meninggal masuk surga). Barangkali sah-sah saja kita bermimpi seperti itu, karena bukan sesuatu hal yang mustahil. Paling tidak itulah hakikat pendirian Koperasi Gunung Madu, Dana Pensiun, dan PT Bumi Madu Mandiri.
Kalau kita tengok ke belakang, KGM merupakan lembaga tertua yang ada di Gunung Madu. KGM merupakan hasil amal¬gamasi Koperasi Pertanian dan Kop¬kar Gunung Madu, yang tentu lebih awal berdiri. Pendirian lembaga ini muncul dari bawah, karena karyawan me¬rasa perlu untuk menghadapi berba¬gai kendala, yang intinya mening¬katkan kesejahteraan (bukan semata-mata dapat untung/SHU).
Manfaat dari adanya KGM rasa-nya tidak perlu dijelaskan lagi. Mi-salnya kar¬yawan bisa memiliki saham kebun yang setiap tahun mengha-silkan. Kar¬yawan bisa punya rumah dan ta¬nah kavling dengan cara yang relatif ringan. Karyawan bisa berbe-lanja dengan harga yang kompetitif, dan lain-lain, termasuk SHU setiap tahun¬nya.
Setelah itu lahir lagi lembaga Da¬na Pensiun, yang bertujuan memper¬siapkan finansial bagi karyawan ke¬tika memasuki masa pensiun. Me¬mang sempat terjadi perubahan sis¬tem, sehingga tahun 1997 dananya dibagikan, kemudian dimulai lagi ta¬hun 1998 dengan jenis iuran pasti.
Karena Dana Pensiun fleksibili¬tas¬nya sangat ketat, dan ada pe¬luang, didirikanlah PT Bumi Madu Man¬diri tahun 2005. Dengan membeli sa¬ham, pada saatnya nanti karyawan bi¬sa memperoleh deviden. Saham ini bi¬sa dimiliki hingga karyawan pen¬siun nanti. Hak-haknya pun masih te¬tap sama, seperti karyawan biasa.
Sejumlah lahan pun dibeli, lalu di¬garap. Ada yang ditanami sawit, ada pula yang ditanami tebu (termasuk menggarap lahan pihak lain dan mengelola kemitraan mandiri). Sete¬lah bersusah payah selama beberapa tahun dan mendapat hambatan dari sa¬na-sini, sekarang PT BMM boleh ber¬lega hati. Sawit yang ditanam di areal 150 hektare di Desa Lebuhda-lem, Tu¬langbawang, dipanen Agus-tus ini.
Otomatis, selanjutnya tiap bulan kita panen sawit. Tahun depan, lahan yang 150 hektar sisanya pun panen juga. “Artinya, pada 2008 PT BMM akan memetik hasil sawit dari lahan seluas 300 hektare,” kata Manager PT BMM Ir. H. Afif Manaf.
Kemudian tanaman tebunya se¬luas 200 ha yang tersebar di beberapa areal juga sudah dipanen tahun ini juga. Areal tebu yang sudah mem¬buah¬kan hasil itu berada di Kotanapal seluas 88 ha, Kotanegara 120 ha, dan di Gunungbatin Baru 54 hektare.
Kabar gembira lainnya dari per¬usahaan yang saham mayoritasnya dikuasai karyawan PT Gunung Madu Plantations ini, sekarang tengah me¬mulai pengolahan lahan di areal 4.650 ha yang berada di Way Kanan. Lahan ini sekarang sudah ditanami seluas 200 ha. Insya Allah tahun depan bisa dipanen juga.
Memang, sebagian besar lahan di areal 4650 (sebutan karyawan PT BMM untuk areal di Pakuanratu, Way Kanan, red), saat ini masih ada yang digarap warga setempat untuk menanam singkong. “Begitu mereka selesai panen singkong, lahannya lang¬sung kita bersihkan dan digarap un¬tuk menanam tebu,” kata Pak Afif.
Itu adalah cara ampuh untuk men¬¬ce¬gah warga kembali menggarap lahan tersebut. Jika tidak segera di¬ambil oleh PT BMM saat usai panen, ada kemungkinan warga akan kem¬bali menanaminya dengan singkong.
Terus Berjuang
Bicara PT BMM sekarang tidak ter¬lepas dari perjuangan para penge¬lo¬la¬nya. Berdirinya perusahaan ini bermula dari Ir.H. Gunamarwan, yang mencemaskan kehidupan para pen¬siunan PT Gunung Madu Plantations. “Saya cemas setelah melihat be¬berapa pendahulu kami yang hi¬dup¬nya memprihatinkan setelah pen¬siun,” kata Pak Guna.
Pada mulanya BMM diproyeksi¬kan untuk mengembangkan perke¬bun¬an sawit. “Dulu kita berencana mengakuisisi lahan eks ADP yang HGU-nya 3.100 ha dan non-HGU 400 ha (sertifikat hak milik), yang lokasi¬nya di belakang Polres Tulangba¬wang membentang dari Desa Lebuh Dalem sampai Desa Gunung Agung,” ujar Pak Afif.
Karena proses lelang lahan terse¬but sampai saat ini belum terlaksana, maka PT BMM baru bisa membeli lahan yang bukan HGU. Pada awal ta¬hun 2005 mulai ditanami sawit seluas 150 hektar.
Tanam perdana itulah yang Agus¬tus ini akan dipanen. Selanjut¬nya terus tiap bulan PT BMM meme¬tik buah sawit. Tanaman sawit yang saat ini sudah mulai berbuah pasir dan tahun depan sudah bisa dipa¬nen seluas kurang lebih 320 hektar.
Perluasan lahan pun terus berja¬lan. Perusahaan ini sudah membeli lagi lahan seluas 110 ha di Desa Bo¬jongdewa, 260 ha di Cempakajaya, Unit 8. Lahan yang paling luas terda¬pat di Kecamatan Blambangan Um¬pu, Kabupaten Way Kanan, yakni seluas 1.700 ha. Lahan PT BMM di Blam¬bangan Umpu sudah berhasil di¬tanami sawit seluas 650 ha.
Sampai saat ini, PT BMM sudah me¬miliki kebun sawit total seluas ku¬rang lebih 1.300 Ha. Lokasinya ada di empat tempat: Lebuhdalem; Bo¬jong¬¬dewa; Cempakajaya, dan; Blam¬bangan Umpu.
Selain sawit, BMM ju¬ga menge-lola ratusan hektare kebun te¬bu milik sendiri yang tahun ini juga sudah pa-nen. Di antaranya di Ko¬ta¬napal yang luas tanamannya 89 ha, Ko¬tanegara 134 ha (tahun ini akan di¬ta¬nam lagi 400 ha), Areal 54 Gu¬nungbatin Udik 30 ha (ditanami lagi 9 ha), dan Negeri Besar sekitar 200 hektare.
Dari tanaman tebu ini, praktis ta¬hun ini BMM sudah bisa me¬ngantungi duit yang cukup lumayan. Dana ini bisa dipakai lagi untuk per¬luasan tanaman tebu, juga perawatan ta-naman sawit.
Sedangkan lahan tebu milik pihak lain yang digarap PT BMM adalah Areal 600 Menggala (yang sudah panen 235 ha) dan Gunungbatin Udik sekitar 150 ha.
Selain itu, BMM juga mengelola pe¬tani tebu mandiri, yang areal panen tahun ini mencapai 159 ha dan dalam proses penanaman sekitar 290 ha. Pe¬ta¬ni ini tersebar di Karta (Base Raden), Menggala (Mahyuddin), Banjaratu, Candirejo, Bandarputih, GBU Idialis, Gunung Menanti, Tejo Asri, GBU sarjono, dan Karangjawa.
Panen tahun ini total milik masyarakat maupun milik BMM se¬luas 791 ha.
Sekarang BMM juga sedang me¬ngembangkan kemitraan sekitar Gu¬nung Madu. Saat ini sudah tanam 250 ha. “Harapan kita untuk panen ta¬hun depan sudah mencapai 1.500 ha,” kata Pak Afif.
Melihat perkembangan ini, PT BMM bukan lagi perusahaan kecil. Kar¬yawannya pun kini hampir men¬capai 100, terdiri dari 25 karyawan or¬ga¬nik dan 70 honorer. Hal ini meng¬ha¬pus berbagai stigma buruk ketika awal berdiri, misalnya PT Bumi Mo¬rat-Marit, PT Bumi Maju Mundur, dan lain-lain. Ya, PT BMM adalah PT Bu¬mi Madu Mandiri yang sesung¬guhnya.
Selain menambah kesejahteraan karyawan dan pensiunan, PT BMM ju¬ga membuka lapangan kerja bagi ba¬nyak orang. Mudah-mudahan, PT BMM benar-benar membawa ber¬kah, amin. 

Kesejahteraan Kini dan Pensiun Nanti

Pada bulan Juli lalu terjadi fenomena cukup menarik di tiga lembaga besar di Gunung Madu, yaitu KGM, Dana Pen¬siun, dan PT BMM. Apa itu? KGM memeroleh peng¬hargaan khusus dari Menkop-UKM, Dana Pensiun kini asetnya sudah mencapai Rp30 miliar lebih, dan PT BMM sudah memetik hasil dari kebun tebu dan kebun sawit.
Melihat hasil yang sudah dicapai, reputasi ketiganya sudah tidak diragukan lagi. Selain meningkatkan kesejahteraan karyawan, keti-ganya pun kini sudah bisa menjadi perahu yang nyaman bagi (calon) purnakaryawan. Karena itulah Tawon mewawancarai Ir.H. Guna-marwan, sosok yang perannya tidak bisa lepas dari ketiga lembaga itu. Didampingi Pak Rakim Sugiarto (staf Dana Pensiun dan PT BMM), sambil minum teh, ka¬mi berbincang-bincang di ruangan Pak Guna. Berikut petikannya:
Ba¬gaimana komentar Bapak terhadap KGM?
Yang pertama, saya ucapkan selamat ka¬rena sudah memperoleh penghargaan lagi dari Bapak Menteri Koperasi dan UKM. Ini merupa¬kan bentuk pengakuan dari pihak luar, khusus¬nya pemerintah, yang sekaligus menambah kepercayaan terhadap KGM.
Saya setuju kalau sekarang KGM care (peduli) terhadap dunia pendidikan, dan itu pula yang membuat KGM mendapat pengharga¬an khusus. Tapi saya juga berharap, KGM ju¬ga perlu memikirkan agar karyawannya juga di¬beri pendidikan.
Sebagai pembina, menurut Pak Guna, bagaimana KGM ke depan?
Saya melihat koperasi (KGM) punya flek¬sibilitas yang tinggi untuk menyesuaikan de¬ngan kebutuhan anggota. Koperasi jangan ha¬nya dilihat sebagai badan usaha. Koperasi ada¬lah sebuah gerakan. Jadi yang harus dilihat bu¬kan hanya SHU-nya, tetapi bagaimana as¬pek welfare (kesejahteraan) anggota. Ini bisa ber¬arti luas: bagaimana anggota bisa punya ru¬mah, punya tabungan, punya investasi untuk hari tua, anak-anak bisa sekolah, dan lain-lain. Se¬kali lagi, orientasi KGM punya hanya SHU.
Jadi, apa artinya penghargaan bagi KGM?
Menurut saya, bagaimana agar penghar¬gaan untuk KGM itu secara ekonomis juga ber¬manfaat untuk anggota. Penghargaan berarti kepercayaan, dan harus dimanfaatkan untuk me¬ning¬katkan kesejahteraan anggota. Itu yang penting.
Beralih ke Dana Pensiun, bagaimana per-kembangannya sekarang?
Aset Dana Pensiun sudah lebih dari Rp30 mi¬liar. Padahal, kalau dihitung-hitung, dana yang diiurkan peserta hanya Rp7,7 miliar (selebihnya merupakan iuran pemberi kerja/perusahaan, dan hasil pengembangan). Bagi peserta, ini merupakan keuntungan yang sangat besar.
Perkembangan tahun 2007 ini sangat meng¬¬gembirakan. Dari arahan investasi 7,5%, hingga semester I tahun 2007 ini kita sudah men¬¬capai 16,42%. Yang menarik, pada se-mes¬¬ter I ini, asetnya berkembang jadi Rp4,25 miliar. Padahal, modal awalnya (iuran pemberi kerja dan peserta) hanya Rp2,25 miliar. Ini arti-nya pengembangannya mencapai sekitar 54%.
Mengapa pengembangannya bisa begitu besar?
Hasil pengembangan dari Danareksa sangat menguntungkan. Investasi kita di Danareksa memang lebih besar dibandingkan dengan Deposito Berjangka. Tahun 2005 dan 2006 kita masih sangat konservatif, belum berani berinvestasi ke Danareksa secara signifikan, karena saat itu suku bunga deposito masih bagus.
Sementara dari tahun 2007 kami melihat sukubunga deposito menurun. Ini karena perkembangan kebijakan politik dan ekonomi semakin baik. Teorinya, kalau sukubunga turun maka obligasi biasanya naik. Karena tidak bisa langsung ke obligasi, kita masuk ke Reksadana.
Bukankah harga saham sangat fluktuatif?
Prinsip yang harus tetap kita pegang ada-lah kehati-hatian. Dana ini adalah dana hari tua, jadi harus dibuat seaman mungkin. Di sisi lain, kita harus dinamis, memahami perkembangan ekonomi untuk jadi acuan pengembangan dana pensiun agar bagus, tetapi tetap aman.
Soal Reksadana, kita sudah banyak belajar sejak tahun 2005. Jadi, kita harus semakin ta-hu bagaimana bermain saham. Memang sangat fluktuatif, kadang kita untungnya sangat besar, kadang sedikit. Tetapi secara kumulatif, hasilnya sangat besar dibandingkan dengan deposito berjangka, yang stabil tetapi kecil.
Apa yang dilakukan Dana Pensiun untuk mengantisipasi dinamika saham ini?
Karena Dana Pensiun sudah masuk ke pasar modal, maka perlu orang yang mengerti investasi. Sekadar gambaran, pengurus Dana Pensiun sekarang sudah menjadi profesi ter-sendiri, seperti halnya bankir. Karena itu peng-urus Dana Pensiun wajib mengikuti seminar dan kegiatan-kegiatan yang sudah ditentukan. Ada kredit poin yang harus dicapai.
Yang jelas, sekarang pengurus Dana Pen-siun terus mengamati perkembangan harga saham. Kita harus bisa membeli dan menjual saham pada saat yang tepat. Hasil yang kita capai tahun 2007 ini paling tidak sudah me-nunjukkan bahwa kita sudah bisa meman-faatkan peluang di Reksadana.
Masih terkait soal pensiun, bagaimana dengan PT BMM?
Begini, saya mau bicara filosofi dulu. Dana Pensiun kita adalah iuran pasti. Jadi, yang sudah pasti adalah iurannya. Saat pensiun, semuanya dibayarkan, setelah itu putus: pada-hal jumlah yang kita terima belum begitu material. Apa akibatnya? Karyawan yang pensiun bisa syok. Mungkin karena penghasilannya sedikit, silaturahmi dengan kawan-kawan kerja juga terputus.
Karena itulah kita harus memikirkan peng-hasilan yang akan kita peroleh setelah pensiun. Kita harus punya terobosan untuk mengatasi masalah ini. Kalau kita hanya mengandalkan uang dari Dana Pensiun, sangat sulit, karena fleksibilitas pengembangannya sangat ketat. Pilihannya adalah mendirikan perusahaan. Lahirlah PT Bumi Madu Mandiri.
Tujuan pendirian PT BMM yang pertama, menjadi wadah tempat berkumpul dan silaturahmi para pensiunan. Kita masih bisa berkumpul dengan kawan-kawan kerja. Yang kedua, dari wadah ini kita juga punya pengha-silan. Kita akan lebih nyaman kalau berkumpul, karena ada kepentingan yang sama. Ngobrol-nya juga lebih nyambung.
Bagaimana realisasinya?
Sekarang kita sudah punya kebun tebu dan kebun sawit. Kebun tebu kita sudah dipanen, yaitu areal 54 Gunungbatin Udik, Kota Negara, dan Kota Negara. Sementara sawit kita, insya Allah Agustus ini panen perdana, yaitu di Lebuh Dalam (dekat lahan eks PT ADP), luas tanaman sekitar 344 ha. Kita juga punya lahan di Bojong Dewa, luas tanaman sekarang 109 ha. Di Blambangan Umpu juga ada tanaman sawit sekitar 649 ha. Luas tanaman masih akan terus bertambah, karena sekarang dalam proses penggarapan lahan. Blambangan Umpu misalnya, tahun ini kita rencanakan mencapai 1.200 Ha (dari total lahan 1.600 Ha).
Mengapa harus tebu dengan sawit?
Kalau sawit harus menunggu sekitar 5 tahun, sementara tebu dalam setahun sudah bisa menghasilkan. Nah, hasil dari tebu inilah yang membantu operasional sawit, karena selama sawit belum panen, kita harus keluar biaya untuk perawatan.
Apakah sawit masih akan terus diperluas?
Selama masih ada lahan untuk sawit, BMM akan beli lagi.
Lalu pabriknya?
Kira merencanakan akan dirikan tahun 2008, bekerja sama dengan pihak lain. Rencananya, BMM akan share saham sekitar 25% (sekitar Rp20 miliar). Kapasitas pabriknya sekitar 20 ton/jam.
Kalau tidak ada aral melintang, tahun 2009 PT BMM sudah bisa membagikan deviden Rp500.000/saham. Kami mohon doa dari para karyawan, semoga PT BMM terus maju dan berkembang, amin. 

Penghargaan Khsus untuk KGM

Ketika didirikan melalui amalgamasi dua koperasi beberapa tahun lalu, belum ada bayangan bahwa Koperasi Gu¬nung Madu bakal sesukses seka¬rang. Pro-kontra tentu saja ada pada waktu itu. Kini ada senyum menghias wajah KGM. Penghargaan demi peng¬hargaan dari pemerintah silih beganti diterima koperasi karyawan PT GMP ini.
Baru-baru ini KGM menerima Peng¬hargaan Khusus dari Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono. Sa¬tu-satunya penghargaan istimewa yang pernah diberikan pemerintah ke¬pada koperasi di Indonesia. Peng¬hargaan ini diberikan lantaran KGM memiliki perhatian dan komitmen terhadap dunia pendidikan dan para pensiunan PT GMP.
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono kepada Ketua Umum Koperasi Gunung Madu Ir.H. Parjono, di hotel Garuda Wisnu Ken¬cana, Denpasar, Bali, 12 Juli lalu.
Berita gembira tentang pemberi¬an penghargaan tersebut telah me¬nyebar di site PT GMP ketika peng¬urus KGM masih berada di Bali. Ka¬bar itu tentu saja membuat hati selu¬ruh pengurus, anggota, dan pendiri KGM berbunga-bunga.
Tak kurang dari Kepala Departe¬men SBF Ir.H. Gunamarwan, yang juga mantan ketua umum KGM (kini pembina KGM), menyambut gembira pemberian peng¬hargaan dari peme-rintah ter¬sebut. Pak Guna menilai ini suatu sur¬prise bagi KGM dan selu-ruh anggo¬ta¬nya, karena Pengharga-an Khusus ha¬nya diberikan kepada koperasi yang betul-betul memiliki reputasi khu¬sus pula.
Penghargaan itu, kata Ketua Umum KGM Ir. Parjono, karena ke¬pedulian KGM terhadap dunia pen¬didikan, seperti memberikan bonus kepada siswa anak anggota yang berprestasi.
“Yang menjadi perhatian khusus pemerintah sehingga memberikan Penghargaan Khusus, ini adalah kepedulian KGM terhadap para ca¬lon pensiunan dengan memberikan mereka pendidikan dan wawasan se¬bagai bekal pensiun,” ungkap Pak Par¬jono.
Pemberian penghargaan itu pu¬nya arti sangat penting bari keber¬adaan KGM. “Meskipun koperasi ki¬ta berada di kampung atau kebun se¬perti ini, kita masih diperhatikan di tingkat nasional, “ kata Pak Parjono.
KGM, yang didirikan tahun 1985, merupakan hasil amalgamasi dua ko¬perasi di Gunung Madu yang sama-sa¬ma punya badan hukum. Dalam per¬kembangannya, KGM tumbuh pe¬sat dan berhasil meraih berbagai penghargaan di tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional. Aset KGM yang awalnya hanya Rp150 juta, pada tahun buku 2005 telah mencapai puluhan miliar saat ini.
Bagi karyawan PT GMP, ujar Pak Parjono, adanya koperasi merupakan suatu kebutuhan. Sebab, tempat tinggal sekaligus tempat bekerja karyawan jauh dari kota, pasar, atau took, sehingga untuk mencari kebu¬tuhan sehari-hari cukup sulit. Karena itulah keberadaan KGM sangat membantu karyawan.
Bukan hanya itu. KGM juga mem¬bantu anak-anak karyawan da¬lam menempuh pendidikan, yaitu de¬ngan menyediakan transportasi bus sekolah. Selain itu juga membantu beasiswa, mengelola kolam renang, menyelenggarakan berbagai kegiat¬an yang diikuti anak sekolah, dan se¬bagainya.
Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, KGM juga membantu per¬siapan karyawan PT GMP memasuki masa purnakarya (pensiun). Di an¬taranya dengan mengadakan pela¬tihan, mengunjungi tempat-tempat yang bisa menambah ilmu untuk be¬kal pensiun, juga membuat peternak¬an ayam dan sapi sebagai tempat ber¬latih calon purnakarya.
Kemudian KGM melakukan di¬versifikasi usaha ke komoditas sawit. Untuk itu pada tahun 2005 KGM be¬kerja sama dengan Ya¬yasan Pendidik¬an, dan sebuah per¬usa¬haan mitra, mem¬bentuk per¬usahaan bernama PT Bu¬mi Madu Man¬diri (BMM).
Di perusahaan ini, KGM merupa¬kan pemegang saham mayoritas, yai¬tu 75 persen. Saham KGM sendiri ma¬yoritas dimiliki anggota (75 per¬sen), sebagian lagi milik badan dan Ya¬yasan Pendidikan Gunung Madu, se¬¬hingga pemegang saham mayori¬tas PT BMM adalah anggota koperasi.
Operasional perusahaan ini telah dimulai dengan membeli lahan sekitar 450 ha di Kabupaten Tulangbawang, 350 ha di antaranya sudah ditanami sekitar 40.000 pohon sawit. Dari jum¬lah itu, 150 ha tanaman sawit akan di¬panen bulan Agustus ini.
Penghargaan KGM
Koperasi Fungsional Harapan Tk. Nasional, oleh Menteri Koperasi Bustanil Arifin, SH., 12 Juli 1990. Ko¬perasi Fungsional Terbaik II Tk. Na¬sional tahun 1992, oleh Menteri Ko¬perasi Bustanil Arifin, SH., tanggal 12 Juli 1992. Koperasi Fungsional Te¬la¬dan Tk. Nasional tahun 1993, oleh Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Subijakto Tjakra¬wer¬daya, 29 Juli 1993.
Koperasi Perkotaan Jenis Konsu¬men Teladan Tahun II Tk. Nasioal 1994, oleh Menteri Koperasi dan Pem¬binaan Pengusaha Kecil, Subi¬jakto Tjakrawerdaya, tanggal 14 Juli 1994.
Koperasi Karyawan Mandiri, oleh Menteri Koperasi dan Pembi¬naan Pengusaha Kecil Subijakto Tja¬krawerdaya, 8 Februari 1995. Kopera¬si Perkotaan Jenis Konsumen Teldan Tahun III Tk. Nasional 1995, oleh Men¬teri Koperasi dan Pembinaan Peng¬usaha Kecil Subijakto Tjakra¬werdaya, tanggal 12 Juli 1995.
Koperasi Berprestasi Tahun 1999, oleh Menteri Koperasi, Peng¬usa¬ha Kecil dan Menengah RI, Adi Sa¬sono, tanggal 12 Juli 1999. Kope¬ra¬si Berprestasi Tahun 2005, oleh Men¬teri Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah RI Suryadarma Ali, Ban¬dung 12 Juli 2005.